Umat CIC Sydney ytk,
Setiap manusia diberikan Tuhan talenta untuk dikembangkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan pribadinya, keluarga, gereja atau pun bangsa di mana dia tumbuh. Walaupun masih banyak dijumpai pribadi yang belum maksimal mengembangkan dan mempergunakan talenta yang dia miliki dengan hanya menyimpan potensi yang ada dalam dirinya. Persaingan semakin tajam di era milenial yang ditandai dengan era 4G yang sedang menuju ke era 5G. Bahkan sering terjadi gesekan antarsesama demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Semua orang telah menerima berkat namun sering berkat itu tidak dikelola dengan baik. Itulah gambaran nyata seperti yang disebut dalam bacaan Injil minggu ini Matius 25:14-30. “Hal Kerajaan Sorga” digambarkan seperti seorang tuan yang mau berpergian ke luar negeri dan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Ia memberikan besaran jumlah talenta “menurut kesanggupan” mereka masing-masing(ayat 15b). Tuan mengenal besaran jumlah yang diberikannya setelah ditimbang dengan penuh hikmat dan kebijaksanaan.
Yang menarik adalah sikap dari para hamba yang diberi kepercayaan oleh tuannya. Sikap penerima lima dan dua talenta adalah tidak menunda-nunda waktu untuk melaksanakan tugas mengolah talenta itu (ayat 16-17). Penerima lima talenta tidak merasa lebih penting dan lebih disayangi karena menerima lebih dari dua apalagi satu. Tetapi ia menjalankan sebagaimana yang diinginkan tuannya. Demikianpun penerima dua talenta, ia tidak merasa iri karena menerima lebih sedikit, atau merasa sombong, karena ada penerima satu talenta berada di bawahnya. Ia menerima kebijaksanaan tuannya dengan mengelolah dengan baik.
Sedangkan “Sikap penerima satu talenta”sangat berbeda. Ia tidak mengelola talentanya, tetapi “menggali lobang di dalam tanah, lalu menyembunyikan uang tuannya” (ayat 18b). Apakah yang ada di balik sikap ini? Jawab tuannya: “hai kamu hamba yang jahat dan malas” (26a). Sifat “jahat” adalah berpikir dan menuduh tuan yang empunya talenta dan yang memberikan talenta sebagai tuan yang kejam. Sikap “jahat” adalah menuduh tuan yang empunya usaha dan mengendalikan usaha yang tidak adil. Penerima satu talenta disebut memiliki sifat “jahat” karena iri kepada penerima talenta yang lain dan bahkan iri terhadap sang empunya talenta. Singkatnya, sifat “jahat” menjadi dia kerdil dan tidak berkembang: tidak mau bertumbuh sebagai pribadi dan cenderung mencari ‘kambing hitam’ dengan menyalahkan yang lain.
Upah dari kesetiaan adalah bentuk penghargaan kepada pengelolah talenta. Iklim dalam kerajaan Sorga adalah memberi hukuman kepada yang tidak setia dan memberi penghargaan kepada yang setia. Dengan iklim ini maka ada perbedaan perlakuan kepada hamba-hamba yang taat, dan hamba yang jahat. Di sini nampaklah keadilan dalam Kerajaan Allah. Mereka yang setia akan mendapat perlakuan bukan saja khusus tetapi istimewa. Pertama: mereka akan disapa “baik sekali perbuatanmu”, suatu penegasan akan bentuk kesetiaan itu. Mereka telah melakukan apa yang baik dan benar, tidak menyimpang dari kepercayaan yang diberikan. Kedua: Upah berikut yang diterima hamba yang setia adalah menerima “tanggung jawab jawab dalam perkara yang lebih besar”. Berkat akan ditambahkan. Ketiga: “turut dalam kebahagian tuanmu”. Menikmati kebahagiaan dalam Kerajaan Sorga adalah suatu kebahagiaan spiritual dari hamba yang setia. Penghargaan tertinggi dari para hamba yg setia adalah menikmati kebahagiaan bersama Sang Tuan. Ketika gereja awal dianiaya dan dihambat, maka kepada anggota gereja yang setia dijanjikan “menerima mahkota kehidupan”, ini suatu kebahagiaan hidup kekal bersama Tuhan Yesus di Sorga.
Sebagai warga gereja kita diberi kesanggupan mengelola talenta yang diberikan Tuhan kepada kita walaupun tidak sama. Berapapun jumlah talenta yang diberikan, pasti telah ditimbang dan diperhitungkan oleh Allah secara cermat sehingga diberikan menurut kesanggupan kita. Keadilan Tuhan dinyatakan dalam bentuk menuntut pertanggungjawaban dari semua penerima talenta-Nya. Tuhan tak pernah menutup mata atau membiarkan para pengelola talenta-Nya untuk berbuat sesuka-hati atau berdiam diri tanpa mau terlibat. Semua penerima talenta harus mempertanggungjawabkan sesuai aturan yang diberikan- Nya. Belas kasihan-Nya kepada orang percaya bukan berarti kompromi dengan berbagai kejahatan dan kemalasan. Berkat-Nya selalu ada kepada mereka yang berusaha dan bekerja keras.
Setiap usaha pasti ada penghargaan yang diberikan dari Sang Pemilik Talenta. Kata-Nya: “Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia…” Kata-kata penghargaan dari Sang Hakim yang adil, dilanjutkan dengan perkataan “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”. Betapa senangnya kita sebagai orang pengikut Kristus apabila diberi tanggungjawab dan melaksanakannya dengan baik. Namun apabila talenta yang kita miliki hanya disimpan begitu saja dan tidak dikembangkan bahkan kita bermalas-malasan, maka berkatpun akan “malas” menemui kita dan sulit kita dapatkan. Marilah kita mengerjakan keselamatan yang sudah dianugerahkan kepada kita dengan mengembangkan talenta secara tepat dan jujur untuk keluarga, gereja dan masyarakat terlebih untuk kemuliaan Allah Bapa di Sorga.
Tuhan memberkati.
Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031