Sahabat saya, mendiang Rm. Marlon (1966-2020), pernah mengirim artikel renungan untukku beberapa waktu lalu. Saya ingin menuliskan lagi untuk anda. Isinya sangat bagus, ajakan untuk merenungkan kehehingan. Terutama di saat-saat penghujung tahun seperti ini. Hening, tenang, melihat dan belajar.
Bagi orang kota, mungkin waktu hening atau tenang merupakan “barang mewah”. Di sini sering terdengar istilah, “Loneliness in the big city”.
Keheningan itu sangat diperlukan bagi businessman. Mereka orang yang busy seperti kumbang yang mendengung mencari sari madu, “buzzy bee”. Hidupnya tidak tenang.
Tatkala orang yang selalu sibuk itu datang ke tempat sunyi, seolah-olah berkata, “O beata solitudo! O sola beatitudo!” – oh kesunyian yang membahagiakan, oh itulah satu-satunya kebahagiaan.
Istirahat dalam keheningan itu menyembuhkan dan membawa kedamaian, “Ubi solitudinem faciunt, pacem appellant – di mana mereka mampu membuat keheningan, di situlah mereka menciptakan kedamaian.
“I’m alone but not lonely,” kata orang bijak, “meski sendirian tetapi tidak kesepian”. Demikian pula, orang yang kerja, kerja dan kerja butuh istirahat dalam keheningan.
Dalam hal ini, Cicero (106 – 43 seb. M) berkata, “Numquam minus solus quam cum solus” – tidak kurang dari satu kalau kita (sedang) sendirian.
Rm. Markus Marlon (1966-2020).