Umat CIC Sydney ytk,
Bacaan Injil Minggu Biasa ke XXI diambil dari Mat 16: 13-20, terungkap kata-kata Yesus: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di Surga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di Surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di Surga.”
Apa yang dikatakan oleh Yesus ini mendapat penafsiran yang berbeda antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Bagi umat Katolik, teks ini sudah jelas. Kedua belas murid ada di tempat itu, tetapi Yesus menjanjikan memberikan kepada Petrus saja kunci kerajaan, yang menyimboliskan otoritas Kristus — otoritas surga — atas kerajaan langit dan bumi, yang adalah Gereja.
Akan tetapi jutaan umat Protestan percaya bahwa ada perbedaan penafsiran dalam teks Yunani tentang “bebatuan” sehingga menghapus makna akan Petrus sebagai batu karang. “Engkau adalah Petros dan di atas Petra Aku akan mendirikan jemaat-Ku…” Batu pertama, Petros, diklaim mengacu kepada sebuah batu kerikil kecil yang tidak ada signifikansinya: Petrus. Batu kedua, Petra, diklaim berarti sebuah batu karang besar: yang bisa berarti antara Yesus sendiri atau pengakuan iman Petrus. Argumen berakhir dengan Yesus tidak membangun gereja-Nya di atas Santo Petrus melainkan di atas diri-Nya atau iman [seperti] Petrus.
Di bawah ini ada 7 alasan, di antara berbagai alasan lainnya yang dapat kita telaah, mengapa Petrus tidak dapat disangkal sebagai batu karang tersebut. Karena tulisan ini sangat panjang untuk dimasukkan di Bulettin CIC Sydney, maka akan ditayangkan dalam 2 edisi: tanggal 27 Agustus dan tgl 3 September. Mari kita ikuti 7 alasan kenapa Batu karang yang dimaksud dalam injil Matius memang menunjuk pada pribadi simon.
1) Injil Matius. Kita punya bukti yang cukup kuat, pada mulanya yang ditulis dalam dialek Aram. Santo Papias dan Santo Ireneus pada abad kedua mengatakan hal tersebut. Akan tetapi lebih penting lagi — dan lebih pasti — Yesus tidak mungkin mengatakan ucapan pada Matius 16 dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani adalah bahasa dominan Kerajaan Romawi pada abad pertama, tetapi sebagian besar umat Yahudi awam di mana Yesus berceramah tidak akan fasih dalam bahasa tersebut. Dialek Aram adalah bahasa sehari-hari mereka. Terlebih lagi, kita mempunyai bukti biblis — Yohanes 1:42 — yang mengacu kepada Yesus menggunakan dialek Aram dalam penamaan Petrus: “Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” Nama Kefas adalah bentuk dari kata Aram Kepha, yang berarti “karang”. Tidak ada ditemukan “kerikil” dalam pernyataan Yesus yang asli kepada Petrus. Bahkan sarjana Protestan yang disegani setuju akan point ini. Sarjana Baptis D.A.Carson, menulis, dalam The Expositor’s Bible Commentary: Dasar dialek Aram dalam hal ini tidak bisa diragukan; dan amat sangat mungkin kepha digunakan dalam kedua klausul (“engkau adalah kepha” dan “di atas kepha ini”), karena kata tersebut digunakan baik sebagai nama dan sebagai kata benda “batu karang”. Kitab Suci dalam bahasa Peshitta (bahasa Syria, sebuah bahasa yang serumpun dengan dialek Aram) tidak membedakan antara kata-kata yang ditemukan dalam kedua klausul tersebut.
2) Dalam Yunani Koine (dialek Yunani yang digunakan oleh penulis kitab-kitab Perjanjian Baru), petros dan petra adalah bentuk maskulin dan feminim dari kata-kata yang berakar sama dan mempunyai definisi yang sama — batu karang. Tidak ada “kerikil” ditemukan dalam teks Yunani. Jadi mengapa Santo Matius menggunakan kedua kata ini dalam ayat yang sama? Petra adalah kata yang umum digunakan untuk “batu karang” dalam bahasa Yunani. Dia menggunakan sebanyak lima belas kali untuk mengartikan “batu karang,” “batu-batuan”, atau “berbatu-batu” dalam Perjanjian Baru. Petros adalah istilah Yunani kuno yang tidak umum digunakan dalam Yunani Koine sama sekali. Faktanya, ia tidak pernah menggunakan dalam Perjanjian Baru, terkecuali sebagai nama Petrus setelah Yesus menggantinya dari Simon menjadi Petrus. Sesuai alurnya saat Santo Matius menerjemahkan, dia menggunakan kata petra untuk “batu karang.” Tetapi dengan melakukan hal tersebut, dia menemukan sebuah masalah. Petra adalah bentuk kata feminim. Tidaklah sesuatu hal yang patut untuk menyebut Petrus Petra. Ini akan sama dengan menyebut seorang laki-laki “Hermawati” atau “Yuliawati” dalam bahasa Indonesia. Maka dari itu, petros digunakan selain petra untuk nama Petrus.
Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031