MELAYANI BUKAN DILAYANI

by | Oct 19, 2024 | Chaplain | 0 comments

”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10: 45)

Umat CIC Sydney ytk,

Profil Yakobus dan Yohanes mewakili banyak orang yang berjuang merebut kursi utama dalam suatu organisasi politik, pemerintahan, bahkan gereja. Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan agar diberi tempat “basah” supaya dapat menjadi pembesar (36-37). Padahal Yesus baru saja berbicara tentang penderitaan yang akan Dia alami (33-34), tetapi mereka malah mengira bahwa Yesus akan membangun sebuah pemerintahan baru. Maka tanpa buang waktu dan mungkin karena tidak mau didahului orang lain, mereka segera memesan posisi istimewa dalam pemerintahan Yesus nantinya. Mereka ingin memborong dua kedudukan penting sekaligus: menjadi orang kepercayaan nomor satu dan nomor dua!

Permintaan Yakobus dan Yohanes memperlihatkan bahwa mereka masih belum memahami makna kuasa dan kepemimpinan menurut Yesus, Guru mereka. Menurut pemerintah-pemerintah dunia ini, segala cara bisa dihalalkan untuk menjalankan pemerintahan, misalnya dengan tangan besi. Mereka juga dapat melanggengkan jabatan dengan menggunakan kekerasan. Namun bukan demikian pengajaran Yesus. Sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, begitulah seharusnya para pengikut-Nya.

Pada masa kini, secara umum dikatakan bahwa setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan kerohanian disebut melakukan pelayanan. Padahal ada kalanya orang terlibat dalam karya pelayanan, tetapi untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang yang dilayani. Mungkin kita akan bertanya, “Bagaimana mungkin seorang melakukan pelayanan untuk orang lain, tetapi ditujukan bagi kepentingan sendiri?” Hal itu bisa terjadi kalau dia ingin mencari nama di lingkungan sosial kerohanian, misalnya.

Maka kebesaran sejati seorang pemimpin terletak bukan pada seberapa banyak orang yang bersedia melayani dia, melainkan pada berapa banyak orang yang dia layani. Karena dalam kerajaan Allah status, uang, dan popularitas bukanlah hasil yang dapat diperoleh seseorang dari pelayanan kepemimpinan.

Kesimpulan:
Pertama: konteks Markus 10:41-45 menggambarkan Yesus sebagai seorang “pelayan/hamba” dalam arti sebagai teladan. Artinya, Dia mengajarkan murid-murid-Nya untuk mengikuti teladan-Nya (sebagai pelayan/hamba). Berbeda dengan uraian Yesaya 53:10-12 mengenai penderitaan “hamba Yahweh” (yang biasanya digunakan sebagai bacaan I pada hari Minggu Biasa ke-29 tahun B dan disandingkan dengan teks Injil Markus 10:35-45 yang menjadi bahan permenungan kita), tidak ada ajakan bagi para pembaca/pendengar untuk mengikuti teladannya. Dalam hal ini, mudah untuk mengasumsikan bahwa “hamba Yahweh” versi Yesaya itu bertindak seperti yang dia lakukan, sehingga kita tidak perlu melakukannya. Sebaliknya, Markus 10:35-45 menyajikan penderitaan Yesus sebagai Hamba dengan cara dan maksud lain, yakni sebagai Model Pelayanan dan Pengorbanan yang total, rendah hati, tulus, dan tanpa pamrih, yang patut diteladani oleh semua mereka yang menyebut diri sebagai murid-murid-Nya.

Kedua: perlu dipertimbangkan bahwa Yesus membuat komentar singkat (dalam Mrk 10:45) ini dalam konteks yang lebih luas, yang mengakui godaan serta daya tarik kekuasaan yang, jika tidak diwaspadai, dapat menjebak dan memerangkap bukan hanya Yakobus dan Yohanes, melainkan siapa saja (termasuk kita semua, di sini dan sekarang). Perhatikan bahwa perikop ini dan Injil Markus secara keseluruhan mengakui berbagai bentuk penindasan yang menimpa kita dan yang dapat juga kita gunakan untuk menindas sesama.

Ketiga: sekalipun masa hidup Yesus dan juga karya missioner berupa pelayanan kasih-Nya sebagai seorang Hamba di depan publik terbilang sangat singkat, bahkan berakhir tragis akibat kekerasan, penolakan, dan perlawanan para penguasa otoriter terhadap diri dan misi-Nya, Yesus sungguh yakin bahwa semua yang telah dikerjakan-Nya tidak akan sia-sia. Melalui para murid, khususnya kedua-belas rasul yang telah digembleng atau dikaderkan-Nya (juga dalam waktu yang relatif singkat), dan teristimewa melalui intervensi ilahi Allah yang misterius dan tersembunyi, ternyata semua yang telah dirintis Yesus menghasilkan buah berlimpah. Melalui karya berjuta-juta pria dan wanita, serta berkat penyertaan misterius Roh Kudus, misi pelayanan itu terus berkembang subur dan menyebar sampai ke ujung-ujung bumi. Inilah juga buah kepercayaan yang demikian besar dan total dari Yesus terhadap Allah-Bapa-Nya, “Ya Bapa, sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu-lah yang terjadi” (Mat 26: 39). Dalam hal ini, kita pun perlu belajar dari Yesus yang sungguh tahu dan sadar diri, dengan mempercayakan segala sesuatu, termasuk estafet misi pelayanan kepada penyelenggaraan ilahi Allah, ketimbang mengandalkan daya, kekuatan, dan kehebatan diri sendiri, dengan konsekuensi terjebak dalam godaan mempertahankan atau melanggengkan kekuasaan, apalagi melalui cara-cara yang tidak halal.

Anda mau ikut terlibat dalam karya perutusan Allah? Melayani sesama adalah jalan yang diminta oleh Tuhan untuk terlibat dalam karya mahabesar Allah. Jangan menunda lagi kalau anda mau terlibat dalam pelayanan Tuhan.


RP. Agustinus Handoko HS MSC

Chaplain to the Indonesian Community

193 Avoca St, Randwick NSW 2031

PO BOX 309, Randwick NSW 2031

Email: hanhanmsc@yahoo.com atau Chaplain@cicsydney.org

Kategori