Less is more
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Mat 5:3)
Ternyata sistem pendidikan terbaik di dunia ada di Finlandia. Dan yang mengejutkan: jam sekolahnya paling pendek. Hanya 20 jam seminggu. Salah satu guru mengatakan bahwa otak manusia akan berkembang baik jika rileks dan tidak mengalami banyak tekanan. Maka design pendidikannya tidak padat, dan bahkan tidak ada ujian standard seperti yang ada di banyak negara. Bagaimana dengan mutu lulusannya? Handphone Nokia yang pernah merajai dunia berasal dari Finlandia. Dan produk eksport terbesar dari Finlandia ternyata barang-barang yang memiliki nilai tambah tinggi: computer, optic dan machienerry.
Dan ketika saya melihat youtube tentang pendidikan di Finlandia, istilah yang dipakai adalah Less is more. Tiba-tiba kata-kata ini sangat mengesan di hatiku.
Jika saya ditanya, tahun berapa paling membahagiakan bagiku? Saya akan menjawab tahun 1991-1992. Padahal tahun itu saya menjalani tahun pembinaan kanonik di Novisiat MSC di Karanganyar. Setahun di satu tempat, dan sangat jarang keluar dari biara. Dan sebagian besar waktu: Silentium, alias tidak boleh berbicara. Acara harian lebih pada doa dalam keheningan. Pelajaran rata-rata Cuma dua jam sehari. Lainnya studi pribadi dan refleksi, dan rekreasi bersama teman-teman satu angkatan. Tidak banyak, tetapi sangat kaya: mendengarkan bunyi desir angin, melihat tanaman yang bertumbuh, melihat dedaunan yang bergoyang ditiup angin, merasakan gerakan-gerakan batin. Kaya sekali. Mengesan sekali.
Sekarang ini, dengan resources yang kita miliki: ada begitu banyak tawaran yang bisa kita ambil, ada banyak barang yang bisa kita beli, ada begitu banyak makanan yang bisa kita cicipi, film dan tv series yang bisa kita tonton. Youtube yang bisa kita lihat. Begitu banyak pengetahuan yang dapat kita pelajari.
Tapi Less is More. Saat makan dengan dua atau tiga orang, kita bisa cerita dan saling mendengarkan. Dalam ketenangan aroma kopi bisa terasa lebih nikmat. Ketika tidak banyak yang kita pikirkan otak lebih tajam dalam berfikir.
Dalam sisi spiritualitas dikenal ungkapan “non multa sed multum” yang dalam arti harafiahnya “tidak banyaknya tetapi kedalamannya”.
Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC