Umat CIC Sydney ytk,
Ucapan bahagia dalam Injil hari ini menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang. Mengapa orang dikatakan berbahagia bagi yang miskin, menderita, lapar dan sebagainya. Sementara bahagia menurut dunia adalah yang kaya, yang sehat, yang kenyang dan sebagainya. Bagaimana mungkin yang miskin, lapar, menangis, dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak disebut berbahagia? Apalagi selanjutnya Yesus mencela mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji. Bukankah realitas sebaliknya yang dirindukan setiap manusia? siapa ingin miskin? lapar, menangis. dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak? Bukankah kita diminta berjuang, berbuat, berusaha supaya hidup sejahtera, dikenal baik, berstatus sosial tinggi, boleh makan-minum sepuasnya dan tertawa menikmati hidup ini?
Tampaknya kita semua harus maklum mengapa tidak ada yang protes karena para murid mengalami apa yang paling penting dan mendasar dari ajaran Yesus. itulah cara pandang Tuhan. Kemiskinan dilihat sebagai tidak punya apa-apa, karena itu tidak ada penghalang baginya untuk memandang Tuhan. Satu-satunya yang dimiliki dan bisa dipandang adalah Tuhan. Kelaparan, kesedihan, dimusuhi orang membuat orang berjuang lari dan memandang Tuhan. Pengalaman ini dialami para murid ketika mendengarkan kata-kata Yesus. Mereka dipandang dan memandang Yesus, karena itu semuanya indah dan tidak ada yang perlu diprotes.
Yesus tidak pernah melarang orang memiliki harta, sejahtera, tertawa dan makan minum. Sabda Celaka adalah peringatan keras kepada kita semua untuk tidak menjadikan harta, kesejahteraan dan kesenangan menjadi penghalang bagi kita untuk memandang dan dipandang Tuhan. Mari berjuang memandang dan dipandang Tuhan agar boleh mengalami damai dan sukacita sejati sebagaimana dialami Petrus, Jakobus, Johanes dan teman-temannya. Agar kemudian kita boleh mewartakan pengalaman damai ini kepada orang lain..
Sabda Bahagia versi Lukas memakai ucapan langsung: “Berbahagialah kamu…” (ay.20-23). Lukas juga menambah beberapa Sabda Celaka, yang juga memakai ucapan langsung: “Celakalah kamu…” (24-26). Pola khas Lukas ini memberikan pesan kedua: para pendengar, Saya dan Anda, langsung dilibatkan, diundang dan ditantang. Tuhan menyapa dan mengecam kita secara langsung. “Berbahagialah” disini berarti pernyataan atau penegasan, bukan harapan. Pendengar seperti apa yang Tuhan nyatakan “bahagia”? Orang miskin, lapar dan menangis. Sungguh mengejutkan dan tidak biasa!. Dalam dunia dewasa ini, ajaran ini bagaikan “ajaran sesat”. Miskin, lapar dan menangis tentu bukanlah cita-cita. Tuhan berbicara tentang fakta, tentang pengalaman real-konkret mereka yang mengikuti-Nya. Mereka yang defakto miskin, lapar dan menangis disebut-Nya “berbahagia” karena nasib mereka pasti akan berubah total. Dalam Kerajaan Allah yang tengah Yesus hadirkan, Allah pasti memulihkan nasib umat-Nya yang menderita. Apakah ajaran ini mirip candu atau narkoba yang membuat orang malas dan menyerah pada keadaan?.
Sama-sekali tidak! Sabda Bahagia memberikan optimisme yang real. Mengapa? Sebab didasarkan pada tindakan Allah yang sudah terbukti dalam sejarah: Ia selalu membela orang beriman yang menderita dan tertindas. Ia membela dan memihak para nabi-Nya yang ditindas (ay.23). Bukti yang paling utama: Ia memihak dan membenarkan Anak-Nya yang dipersalahkan dan dihukum mati, dengan membangkitkan-Nya.
Umat CIC Sydney ytk,Sabda Bahagia versi Lukas juga menekankan aspek kekinian: “sekarang ini” (ay.21 dan 23). Pengharapan kristiani punya dimensi masa depan dan masa-kini. Proyek Allah memang akan sempurna di masa depan, namun hidup jemaat kini dan di sini harus sudah mulai ditata. Tuhan menginginkan jemaat-Nya berperan sebagai komunitas-berbagi, di mana orang lapar mulai merasakan perhatian dan bantuan. Tuhan mengharapkan jemaat-Nya menjadi paguyuban yang saling meneguhkan, tempat orang menangis mulai merasakan hiburan. Sebaliknya, kita menjadi jemaat yang “celaka”, jika tetap berkiblat dan mengandalkan kekayaan, kepuasan dan kesenangan. Yesus menegaskan bahwa semua andalan itu akan lenyap di dunia baru yang tengah dihadirkan-Nya. Injil harus menjadi berita-gembira yang mengubah hati dan kondisi, memperbaiki hidup kini dan di sini, sambil bersiap menikmatinya secara penuh di hari nanti.** Ametur
RP. Agustinus Handoko HS MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031
PO BOX 309, Randwick NSW 2031
Email: hanhanmsc@yahoo.com atau Chaplain@cicsydney.org