BELAJAR DARI IMAN BARTIMEUS

by | Oct 26, 2024 | Chaplain | 0 comments

“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”

Umat CIC Sydney ytk,

Kita tentu sering mendengar kisah Bartimeus ini, seorang pengemis buta yang duduk-duduk di pinggir jalan dan ketika mendengar bahwa Yesus melintas di dekatnya, pengemis ini berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”. Mari kita mencoba melihat beberapa hal yang menjadi kunci pokok sebagai bahan permenungan di dalam perikop ini. 

Pertama, kalimat “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!”. Dengan menyebut Yesus Anak Daud, Bartimeus telah menunjukkan dan mengakui imannya di depan publik bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang dijanjikan bagi umat Israel (Mi. 5:1; Rm. 1:3; Yoh. 7:42). Ketidak sempurnaan-nya tidak dijadikan alasan (yang dibuat-buat) untuk enggan menghampiri Yesus, tetapi justru menjadi sebuah kesadaran bahwa ia membutuhkan Sang Mesias. Ia berseru memanggil Nama Yesus. Dia tidak malu dan takut di tengah berbagai kontroversi di kalangan Para Imam dan Ahli Taurat Yahudi terkait ke-Mesias-an Yesus. Imannya bergelora saat mendengar Nama Yesus…

Kedua, kalimat yang juga baik untuk kita renungkan adalah; “Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” (ayat 48). Ini sebuah halangan untuk mundur saat seseorang ingin memulai mendekat kepada Tuhan. Di jaman modern ini, halangan utama bagi manusia untuk menunda bahkan mundur di dalam menjalankan hidup tobatnya adalah tawaran kenikmatan dunia serta nilai-nilai dunia yang sangat mempengaruhi cara berfikir manusia di jaman modern ini. Mungkin ada teman yang tertawa saat kita lebih memilih untuk ikut kursus Kitab Suci daripada mengikuti ajakan teman itu untuk dugem. Atau lebih memilih mengikuti persekutuan doa atau camping rohani dari pada menonton film dengan mereka di malam minggu. Bahkan mungkin halangan terbesar dan terberat berasal dari dalam diri sendiri seperti rasa malas, malu karena takut dibilang sok suci, kegiatan rohani tidak menarik dan membosankan,dll.

Ketiga, kalimat; “Orang buta itu menanggalkan jubahnya, lalu segera berdiri dan pergi kepada Yesus”. Bartimeus telah memberi kita sebuah teladan luar biasa bahwa pertobatan tidak cukup dan hanya berhenti pada ungkapan pujian-pujian kepada Tuhan. Perlu tindakan dan langkah nyata untuk berubah, menanggalkan manusia lama dan lahir baru sebagai manusia baru dengan cara pandang baru, yaitu cara pandang yang senantiasa terarah ke Surga. 

Keempat dan terakhir; “…lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya” (ayat 52). Pertobatan bukanlah sebuah momen sesaat di dalam hidup kita. Bukan juga sebuah eforia sesaat karena kita sedang mengikuti retret atau mendengarkan sebuah kotbah yang luar biasa. Beriman belum cukup hanya sekedar mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Beriman adalah sebuah upaya untuk meng-copy paste cara hidup Yesus untuk menjadi cara hidup kita juga, sebuah cara hidup yang senantiasa berlandaskan Kasih. Seperti inilah cara kita mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. 

Umat CIC Sydney ytk,

Mari kita coba baca lagi pelan-pelan kisah si Pengemis buta Bartimeus ini. Selain pesan-pesan di atas, siapa tahu Roh Kudus memberi kita sebuah inspirasi baru yang sesuai dengan situasi hidup kita saat ini, sebuah pencerahan yang mungkin kita sedang butuhkan saat ini. Tentu kita akan sangat berbahagia jika Tuhan Yesus mengatakan kepada kita; “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”, sebagaimana kita dengar dalam Injil hari ini. Yesus ingin menunjukkan belas kasih yang luar biasa terhadap Bartimeus. Dia ingin memperoleh kesembuhan dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pun menyembuhkannya dan berkata kepadanya:”Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Tuhan Yesus mempunyai kuasa yang luar biasa. Belas kasih Tuhan menyapa dan menyembuhkan Bartimeus. Inilah bukti nyata bawa Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia di dalam keterpurukan. Tuhan selalu hadir dengan belas kasih yang berlimpah.

Kisah perjumpaan Bartimeus dan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini mau mengajarkan kita bahwa Tuhan Yesus selalu hadir dengan belas kasih yang berlimpah untuk kita manusia. Tuhan sudah begitu baik terhadap kita manusia. Mari kita belajar untuk menghargai setiap belas kasih dan kebaikan Tuhan yang luas biasa untuk kita manusia. Mari kita juga belajar untuk membagikan belas kasih dan kebaikan Tuhan untuk sesama di sekitar kita.

RP. Agustinus Handoko HS MSC

Chaplain to the Indonesian Community

193 Avoca St, Randwick NSW 2031

PO BOX 309, Randwick NSW 2031

Email: hanhanmsc@yahoo.com atau Chaplain@cicsydney.org

Kategori