Mengasihi Allah dan Sesama

by | Nov 2, 2024 | Chaplain | 0 comments

(Markus 12:28-34)

Umat CIC Sydney ytk,

Perintah 613 hukum di dalam Taurat diringkas oleh Tuhan Yesus menjadi dua hukum utama, yaitu: Pertama, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mark. 12:30). Kedua, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mark. 12:31). Perintah Allah dalam kehidupan umat manusia ternyata tidak rumit, sederhana namun mendalam dan relevan. Jikalau setiap agama dan kepercayaan mempraktikkan kedua hukum Tuhan tersebut secara konsisten niscaya kehidupan umat manusia akan aman, damai dan sejahtera.

 Namun mengapa dua hukum Allah tersebut gagal dipraktikkan sehingga dalam praktik hidup mengalami distraksi dan penyimpangan? Dengan akibat manusia sepanjang zaman gagal dalam mengasihi Allah dan sesama manusia. Kegagalan manusia untuk mengasihi Allah dan sesama manusia terlihat dalam 3 tipe orang menyikapi Allah dan sesamanya, yaitu:

  1. Tipe Membela Allah: Orang-orang yang berjuang membela nama Allah dengan melakukan kekerasan dan penyerangan kepada sesama yang dianggap berbeda secara iman, pandangan teologi (doktrin, dogma), dan berseberangan atau berbeda secara agama.
  2. Tipe Memperalat nama Allah: Orang-orang  yang secara lahiriah beragama, namun untuk membenarkan kepentingan dan pemikirannya sendiri memilih untuk memperalat nama Tuhan. Dengan memperalat nama Tuhan, maka mereka memperoleh legitimasi teologis bahwa apa yang mereka lakukan dapat dibenarkan atau disetujui oleh firman Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Kitab Suci.
  3. Tipe Mengabaikan Allah: Orang-orang yang tidak peduli dengan religiusitas dan kaitannya dengan Tuhan. Hidup dipandang sepenuhnya sekuler sebab manusia adalah pusat dan penentu nasibnya sendiri.

Dari ketiga sikap tersebut di atas, maka sikap 1 dan 2 dilakukan oleh kelompok orang-orang beragama (theistis). Sedangkan sikap 3 dilakukan oleh orang-orang yang atheistis dan agnostik.

Umat CIC Sydney ytk,

Sikap mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal-budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri lahir dari sikap iman yang dewasa, hati yang lurus dan rendah-hati. Bagaimana bisa dimengerti dalam keseharian?

  1. Sikap iman yang dewasa adalah spiritualitas yang dilandasi oleh anugerah Allah yang memampukan dia untuk bersandar penuh kepada Tuhan dan mengintegrasikan dalam peran yang bertanggungjawab sehingga melahirkan sikap kasih yang tulus. Iman yang dewasa dinyatakan secara proaktif untuk berinisiatif mengasihi daripada dikasihi, kesediaan berkurban daripada mengorbankan orang lain. Role-model tentang Allah dihayati Allah sebagai Pribadi Ilahi yang perkasa dan kuat namun penuh kasih, sehingga ia merasa aman dalam penyertaan dan perlindungan. Karena itu pribadi dengan iman yang dewasa menyebarkan dan membela Allah di dalam kasih dan pengampunan.
  2. Hati yang lurus lahir dari integritas diri, sehingga mampu mengenal dan mengevaluasi diri secara kritis. Ia akan menolak segala bentuk kemunafikan atau kesalehan yang palsu. Ia juga menolak dorongan dan praktik untuk memanipulasi kebenaran demi kepentingan yang duniawi dan jahat. Karena itu seorang dengan hati yang lurus tampil apa adanya, tanpa polesan, sederhana dan murni. Firman Tuhan diberitakan dengan hati yang murni dan penuh kasih, sehingga sedikit pun tidak diarahkan untuk pembenaran diri.
  3. Rendah-hati lahir dari kesadaran yang eksistensial bahwa dirinya bukanlah pusat. Karena itu ia menyadari bahwa hidupnya merupakan anugerah dari Tuhan, sehingga ia menempatkan Tuhan sebagai pusat atau inti dari seluruh pemikiran, perasaan dan kehendaknya. Kecerdasan, keahlian, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki hanyalah pemberian dari Tuhan sehingga ia sama sekali tidak memiliki alasan untuk bermegah atau menyombongkan diri.

Di dalam iman kepada Kristus seharusnya setiap umat percaya memiliki 3 model spiritualitas yaitu iman yang dewasa, hati yang lurus dan kerendahan-hati sebab hasil atau dampak dari karya penebusan Kristus dan pembaruan Roh Kudus. Tujuan utama Kristus wafat dan bangkit adalah memulihkan umat manusia di hadapan Allah serta menganugerahkan keselamatan di dalam kasih-Nya. Namun dalam praktik hidup kita menjumpai bahwa tidak setiap umat Kristen memiliki 3 model spiritualitas tersebut. Kita menjumpai orang-orang Kristen yang hidupnya menjadi batu sandungan. Kesalehan dan pelayanan yang dilakukan hanyalah kedok belaka. Bahkan tidak jarang orang-orang Kristen tersebut dalam kehidupan sehari-hari melakukan kejahatan. Penyebabnya karena mengikut Kristus seharusnya berarti mengamini syarat mengikut Yesus, yaitu: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23).

Pribadi dengan iman yang dewasa, berjiwa lurus dan rendah hati diproses dalam sikap penyangkalan diri, kesediaan untuk memikul salib Kristus setiap hari dan kesediaan meneladani segala hal yang dilakukan oleh Kristus. Ketiga aspek dalam bentuk penyangkalan diri, memikul salib dan mengikut Kristus merupakan filter atau penyaring semua aspek ketidakmurnian hati. Anugerah keselamatan di dalam penebusan Kristus direspons oleh umat percaya dengan tanggungjawab etis-iman yaitu: menyangkal diri, bersedia memikul salib Kristus dan meneladani pola hidup Kristus. Dengan respons iman tersebut umat percaya akan mengalami proses pertumbuhan rohani yang semakin dewasa.

Bagaimana wujud konkret mengasihi Allah dan sesama manusia yang benar? Wujud konkret mengasihi Allah dan sesama manusia yang sempurna dapat kita lihat dalam kehidupan dan karya Kristus. Role-model kasih kepada Allah dan sesama adalah diri Kristus sendiri. Ia adalah teladan yang sempurna. Kristus adalah Teantopik (Theos = Allah, Anthropos = manusia).  Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Karena itu wujud kasih kepada Allah dan sesama dalam iman Kristen bukanlah suatu imaginasi, harapan dan cita-cita umat manusia. Kasih kepada Allah dan sesama manusia juga bukanlah suatu kemustahilan, tetapi sesuatu yang nyata. Sebab di dalam Kristus, Ia membuktikan bagaimana Ia mengasihi Bapa dengan taat sampai mati dengan menyerahkan nyawa-Nya. Dalam kodrat-Nya selaku manusia Kristus mengasihi setiap orang dengan peduli akan persoalan, sakit dan penderitaannya. Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, memberi makan kepada mereka yang lapar, menyelamatkan dari bahaya dan membangkitkan yang mati serta memberi penghiburan kepada orang-orang yang berduka.

Umat CIC Sydney ytk,

Jadi makna “mengasihi Allah dan sesama manusia” adalah spiritualitas yang selalu mengulurkan tangan untuk mempersembahkan, memberi dan menyerahkan hidup dengan kasih yang tanpa syarat. Karena itu tindakan mengasihi Allah dan sesama manusia hanyalah mungkin apabila kita berhasil mengalahkan dan mematikan semua bentuk hawa-nafsu dan keinginan duniawi dalam anugerah penebusan Kristus. Lalu dengan pertolongan Roh Kudus hati kita dimurnikan sehingga dimampukan mempermuliakan dan menyembah Allah serta memperlakukan sesama seperti kita memperlakukan diri sendiri. Semoga bisa kita realisasikan dalam keseharian kita.

RP. Agustinus Handoko HS MSC

Chaplain to the Indonesian Community

193 Avoca St, Randwick NSW 2031

PO BOX 309, Randwick NSW 2031

Email: hanhanmsc@yahoo.com atau Chaplain@cicsydney.org

Kategori