Dalam perayaan Ekaristi, ketika mengakhiri liturgi sabda dan mengawali liturgi Ekaristi, pastor akan menyiapkan bahan persembahan. Roti tidak beragi dipersembahkan. Dan Anggur juga dipersembahkan.
Menariknya, anggur itu dicampur setetes air. Dan pastor yang merayakan ekaristi, dalam hati berdoa batin sebagai berikut: “Sebagaimana dilambangkan oleh percampuran air dan anggur ini, semoga kami layak mengambil bagian dalam ke-Allahan Kristus, yang telah berkenan menjadi manusia seperti kami”.
Anggur menyimbolkan Kristus sendiri. Dia Allah yang menjadi manusia, dan kini Dia menjadi Allah kembali. Air, yang hanya setetes, melambangkan kita. Di hadapan Tuhan kita ini hanya seperti setitik air. Dan kita disatukan dengan Kristus.
Coba kita rasakan anggur yang sudah dicampur setetes air. Rasa anggur atau rasa air? Terasa anggur. Itu berarti kita dilayakkan karena kita bersatu dengan Kristus. Kerahiman dan belas kasih Allah, jauh-jauh lebih besar dari pada ketidakpantasan kita. Kita seperti dicemplungkan dalam samudera rahmat.
Namun kenapa ya, banyak di antara kita tidak memenuhi ajakan Gereja untuk datang ke Gereja seminggu sekali? Bahkan banyak yang hanya jika bertugas datang ke Gereja? Padahal keselamatan itu karya Tuhan, Kita membiarkan diri disegarkan, dicuci, dibaharui.
Saudaramu dalam Tuhan,
Pst. Petrus Suroto MSC
PENGUMUMAN
- Dana Untuk Solidaritas Tonga
CIC dihimbau untuk membuat kolekte khusus oleh Etnic Chaplaincy untuk membantu bencana alam yang terjadi di Tonga. Dan lewat Arcdiocese of Sydney kita telah meberi sumbangan AUD 1000. Dana itu diambilkan dari kas APP.
2. Apakah boleh Koor?
Mengingat bahwa kasus Covid sudah menurun dan stabil, maka sekarang diperbolehkan lagi koor di Gereja. Sebenarnya sejak awal tidak ada larangan dari Keuskupan untuk koor di Gereja, hanya saja CIC perlu untuk memperhatikan umatnya yang sudah senior. Mari kita semarakkan lagi liturgi kita dengan Koor.
Image credit: https://www.wallpaperflare.com/gray-footed-cup-beside-baguette-bread-glass-goblet-new-zealand-wallpaper-eubvg